BAB 6
Sikap, Motivasi dan
Konsep diri
1. Komponen Sikap
Ada tiga komponen
yang secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude) yaitu :
a. Kognitif (cognitive).
Berisi kepercayaan
seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi obyek sikap.
Sekali kepercayaan itu telah terbentuk maka ia akan menjadi dasar seseorang
mengenai apa yang dapat diharapkan dari obyek tertentu.
b. Afektif (affective)
Menyangkut masalah
emosional subyektif seseorang terhadap suatu obyek sikap. Secara umum komponen
ini disamakan dengan perasaan yang dimiliki obyek tertentu.
c. Konatif (conative)
Komponen konatif
atau komponen perilaku dalam struktur sikap menunjukkan bagaimana perilaku atau
kecenderungan berperilaku dengan yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan
obyek sikap yang dihadapi.
2.
Sifat-sifat sikap
Seperti kita
ketahui secara umum, bahwa sikap dapat dibagi menjadi dua sifat yaitu sifat
negatif dan sifat positif. Sifat negatif menimbulkan kecenderungan untuk
menjauh, memberi ataupun tidak menyukai keberadaan suatu objek. Sedangkan sifat
positif menimbulkan kecenderungan untuk menyenangi, mendekat, menerima atau
bahkan mengharapkan kehadiran objek tertentu. Sikap selain memiliki dua sifat,
juga memiliki beberapa ciri-ciri antara lain :
a. Sikap selalu menggambarkan hubungan
subjek dengan objek
b. Sikap tidak dibawa sejak lahir
tetapi “dipelajari” berdasarkan pengalaman dan latihan
c. Karena sikap dapat “dipelajari”
maka sikap dapat diubah meskipun sulit
d. Sikap tidak menghilang walau
kebutuhan sudah terpenuhi
e. Sikap tidak hanya satu macam saja
melainkan sangat beragam sesuai dengan objek yang menjadi pusat perhatiannya.
f. Dalam sikap tersangkut faktor
motivasi dan perasaan.
3. Penggunaan Multiatribute Attitude Model untuk memahami
sikap konsumen
·
The
attribute-toward-object model:
Digunakan khususnya
menilai sikap konsumen terhadap satu kategori produk atau merk spesifik. Hal
ini untuk menilai fungsi kehadiran dan evaluasi terhadap sesuatu.Pembentukan
sikap konsumen yang dimunculkan karena telah merasakan sebuah objek. Hal ini
mempengaruhi pembentukan sikap selanjutnya.
·
The
attitude-toward-behavior model
Lebih digunakan
untuk menilai tanggapan konsumen melalui tingkah laku daripada sikap terhadap
objek.
Pembentukan sikap konsumen akan
ditunjukan berupa tingkah laku konsumen yang berupa pembelian ditempat itu.
·
Theory
of-reasoned-action model
Menurut teori ini
pengukuran sikap yang tepat seharusnya didasarkan pada tindakan pembelian atau
penggunaan merk produk bukan pada merek itu sendiri tindakan pembelian dan
mengkonsumsi produk pada akhirnya akan menentukan tingkat kepuasan.
4.
Pentingnya
feeling dalam memamahami sikap konsumen
Pemberi
daya penggerak menciptakan kegairahan
seseorang agar mereka mau bekerjasama,bekerja efektif dan terintegrasi dengan
segala upayanya untuk mencapai kepuasan. Feeling disini adalah sebuah motivasi
konsumen.
Motivasi
konsumen adalah keadaan di dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan
individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan guna mencapai suatu tujuan. Dengan
adanya motivasi pada diri seseorang akan menunjukkan suatu perilaku yang
diarahkan pada suatu tujuan untuk mencapai sasaran kepuasan. Jadi motivasi
adalah proses untuk mempengaruhi seseorang agar melakukan sesuatu yang
diinginkan.
Motivasi konsumen
yang dilakukan oleh produsen sangat erat sekali berhubungan dengan kepuasan
konsumen. Untuk itu perusahaan selalu berusaha untuk membangun kepuasan
konsumen dengan berbagai kebutuhan dan tujuan dalam konteks perilaku konsumen
mempunyai peranan penting karena motivasi timbul karena adanya kebutuhan yang
belum terpenuhi dan tujuan yang ingin dicapai.kebutuhan menunjukkan kekurangan
yang dialami seseorang pada suatu waktu tertentu. Kebutuhan dipandang sebagai
penggerak atau pembangkit perilaku. Artinya jika kebutuhan akibat kekurangan
itu muncul, maka individu lebih peka terhadap usaha motivasi para konsumen.
a)
Dinamika proses motivasi
Proses motivasi :
Proses motivasi :
1. Tujuan. Perusahaan harus bias
menentukan terlebih dahulu tujuan yang ingin dicapai, baru kemudian konsumen
dimotivasi ke arah itu.
2. Mengetahui kepentingan. Perusahaan
harus bisa mengetahui keinginan konsumen tidak hanya dilihat dari kepentingan
perusahaan semata
3. Komunikasi efektif. Melakukan
komunikasi dengan baik terhadap konsumen agar konsumen dapat mengetahui apa
yang harus mereka lakukan dan apa yang bisa mereka dapatkan.
4. Integrasi tujuan. Proses motivasi
perlu untuk menyatukan tujuan perusahaan dan tujuan kepentingan konsumen.
Tujuan perusahaan adalah untuk mencari laba serta perluasan pasar. Tujuan
individu konasumen adalah pemenuhan kebutuhan dan kepuasan.kedua kepentingan di
atas harus disatukan dan untuk itu penting adanya penyesuaian motivasi.
5. Fasilitas. Perusahaan memberikan
fasilitas agar konsumen mudah mendapatkan barang dan jasa yang dihasilkan oleh
perusahaan.
b) Tujuan motivasi
konsumen
1. Meningkatkan kepuasan
2. Mempertahankan loyalitas
3. Efisiensi
4. Efektivitas
5. Menciptakan suatu hubungan yang harmonis antara produsen atau penjual dengan
pembeli atau konsumen.
c)
Memahami kebutuhan konsumen
Kebutuhan konsumen dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Kebutuhan konsumen dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1.
Fisiologis. Dasar-dasar kelangsungan hidup, termasuk rasa lapar, haus dan
kebutuhan hidup lainnya.
2. Keamanan. Berkenaan dengan kelangsungan hidup fisik dan keamanan
2. Keamanan. Berkenaan dengan kelangsungan hidup fisik dan keamanan
3.
Afiliasi dan pemilikan. Kebutuhan untuk diterima oleh orang lain, menjadi
orang penting bagi mereka.
4.
Prestasi. Keinginan dasar akan keberhasilan dalam memenuhi tujuan pribadi
5. Kekuasaaan. Keinginan untuk emndapat kendali atas nasib sendiri dan juga nasib orang
lain
6.Ekspresi diri.
Kebutuhan mengembangkan kebebasan dalam ekspresi diri dipandang penting oleh
orang lain.
7. Urutan dan
pengertian. Keinginan untuk mencapai aktualisasi diri melalui pengetahuan,
pengertian, sistematisasi dan pembangunan system lain.
8. Pencarian
variasi. Pemeliharaan tingkat kegairahan fisiologis dan stimulasi yang dipilih
kerap diekspresikan sebagai pencarian variasi
9. Atribusi
sebab-akibat. Estimasi atau atribusi sebab-akibat dari kejadian dan tindakan.
BAB 7
Kepribadian Nilai dan Gaya Hidup
Kepribadian Nilai
dan Gaya Hidup
Kepribadian, nilai,
dan gaya hidup merupakan sistem yang penting untuk mengerti mengapa orang
memperlihatkan perbedaan dalam konsumsi produk dan preferensi merek.Gaya hidup
dan kepribadian yang mendasari atau nilai yang mereka refleksikan kerap
lebihtampak. Bahkan kepribadian lebih tampak daripada motivasi atau
pengetahuan. Kepribadianwalaupun dimengerti dalam bahasa sehari-hari, namun
terbukti sulit secara empiris untuk dihubungkan dengan perilaku konsumen.
Konsep yang lebih komprehensif telah berkembangyang disebut gaya hidup, yang mencakupi
variabel pribadi, sosial, dan demografi yangmungkin pula mempengaruhi perilaku
konsumen. Komunikasi produk dan pemasaran kerapdibangun di atas asumsi
individualitas di dalam kepribadian atau gaya hidup konsumen.
1. Pengertian Kepribadian
Kepribadian
didefinisikan sebagai ciri-ciri kejiwaan dalam diri yang menentukan dan
mencerminkan bagaimana seseorang berespon terhadap lingkungannya. Penekanan
dalam definisi ini adalah pada sifat-sifat dalam diri atau sifat-sifat
kewajiban yaitu kualitas, sifat, pembawaan, kemampuan mempengaruhi orang dan
perangai khusus yang membedakan satu individu dari individu lainnya.
Kepribadian cenderung mempengaruhi pilihan seseorang terhadap produk.
Sifat-sifat inilah yang mempengaruhi cara konsumen merespon usaha promosi para
pemasar, dan kapan, di mana, dan bagaimana mereka mengkonsumsi produk dan jasa
tertentu. Karena itu, identifikasi teerhadap karakteristik kepribadian khusus
yang berhubungan dengan perilaku konsumen sangat berguna dalam penyusunan
strategi segmentasi pasar perusahaan.
Sifat-sifat Dasar Kepribadian :
1) Kepribadian mencerminkan perbedaan
individu
Karena
karakterisitik dalam diri yang memebentuk kepribadian individu me rupakan
kombinasi unik berbagai faktor, maka tidak ada dua individu yang betul-betul
sama. Kepribadian merupakan konsep yang berguna karena memungkinkan kita untuk
menggolongkan konsumen ke dalam berbagai kelompok yang berbeda atas dasar satu
atau beberapa sifat.
2) Kepribadian bersifat konsisten dan
bertahan lama
Suatu kepribadian
umumnya sudah terlihat sejak manusia berumur anak-anak , hal ini cenderung akan
bertahan secara konsisten membentuk kepribadian ketika kita dewasa. Walaupun
para pemasar tidak dapat merubah kepribadian konsumen supa ya sesuai dengan
produk mereka, jika mereka mengetahui, mereka dapat berusaha me narik perhatian
kelompok konsumen yang menjadi target mereka melalui sifat-sifat relevan yang
menjadi karakteristik kepribadian kelompok konsumen yang bersangku tan.
Walaupun kepribadian konsumen mungkin konsisten, perilaku konsumsi mereka s
ering sangat bervariasi karena berbagai faktor psikologis, sosiobudaya,
lingkung an, dan situasional yang mempengaruhi perilaku.
3) Kepribadian dapat berubah
Kepribadian dapat
mengalami perubahan pada berbagai keadaan tertentu. Karena adanya berbagai
peristiwa hidup seperti kelahiran, kematian, dan lain sebagainya. Kepribadian
seseorang berubah tidak hanya sebagai respon terhadap berbagai peristiwa yang
terjadi tiba-tiba, tetapi juga sebagai bagian dari proses menuju ke kedewasaan
secara berangsur-angsur.
2. Nilai – nilai individu
Individu mempunyai
nilai yang didasarkan pada nilai inti dari masyarakat tempatmereka tinggal,
tetapi dimodifikasi oleh nilai dari kelompok lain di mana mereka
menjadianggotanya dan situasi kehidupan individual atau kepribadian. Menurut
Milton Rokeachmendefinisikan nilai sebagai kepercayaan yang abadi bahwa modus
perilaku tertentu ataukeadaan akhir keberadaan lebih disukai secara pribadi
atau secara sosial dibandingkan modus perilaku yang berlawanan atau terbalik
atau keadaan akhir keberadaan.Penjenjangan (laddering) adalah teknik yang
dikemabangkan guna untuk mengertiatribut produk. Penjenjangan mengacu pada
penyelidikan mendalam yang ditujukan untuk menyingkap makna tingkat tinggi pada
tingkat manfaat (atribut) dan tingkat nilai.Penjenjangan berusaha menyingkap
hubungan antara atribut produk, hasil(konsekuensi) pribadi, dan nilai yang
berfungsi untuk menyusun komponen jaringan kognitif di dalam benak konsumen.
3.
Konsep
gaya hidup dan pengukurannya
Gaya hidup
merupakan sebuah penggambarkan “keseluruhan diri seseorang” yang berinteraksi
dengan lingkungannya (Kottler dalam Sakinah,2002). Menurut Susanto (dalam
Nugrahani,2003) gaya hidup adalah perpaduan antara kebutuhan ekspresi diri dan
harapan kelompok terhadap seseorang dalam bertindak berdasarkan pada norma yang
berlaku.Oleh karena itu banyak diketahui macam gaya hidup yang berkembang di
masyarakat sekarang misalnya gaya hidup hedonis, gaya hidup metropolis, gaya
hidup global dan lain sebagainya.
Plummer (1983) gaya
hidup adalah cara hidup individu yang di identifikasikan oleh bagaimana orang
menghabiskan waktu mereka (aktivitas), apa yang mereka anggap penting dalam
hidupnya (ketertarikan) dan apa yang mereka pikirkan tentang dunia sekitarnya.
Adler (dalam Hall & Lindzey, 1985) menyatakan bahwa gaya hidup adalah hal
yang paling berpengaruh pada sikap dan perilaku seseorang dalam hubungannya
dengan 3 hal utama dalam kehidupan yaitu pekerjaan, persahabatan, dan cinta
sedangkan Sarwono (1989) menyatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi
gaya hidup adalah konsep diri.
Gaya hidup hanyalah
salah satu cara mengelompokkan konsumen secara psikografis. Gaya hidup pada
prinsipnya adalah bagaimana seseorang menghabiskan waktu dan uangnya. Ada orang
yang senang mencari hiburan bersama kawan-kawannya, ada yang senang menyendiri,
ada yang bepergian bersama keluarga, berbelanja, melakukan aktivitas yang
dinamis, dan ada pula yang memiliki dan waktu luang dan uang berlebih untuk
kegiatan sosial-keagamaan. Kasali menyatakan bahwa gaya hidup mempengaruhi
perilaku seseorang, dan akhirnya menentukan pilihan-pilihan konsumsi seseorang.
Gaya hidup secara
luas didefinisikan sebagai cara hidup yang diidentifikasikan oleh bagaimana
orang menghabiskan waktu mereka, apa yang mereka pikirkan tentang diri mereka
sendiri dan juga di dunia sekitarnya.Perubahan gaya hidup membawa implikasi
pada perubahan selera (selera pria dan wanita berbeda), kebiasan dan perilaku
pembelian.perubahan lain yang terjadi adalah meningkatnya keinginan untuk
menikmati hidup.Manfaat jika memahami gaya hidup konsumen:
1. Pemasar dapat menggunakan gaya
hidup konsumen untuk melakukan segmentasi pasar sasaran.
2. Pemahaman gaya hidup konsumen juga
akan membantu dalam memposisikan produk di pasar dengan menggunakan iklan.
3. Jika gaya hidup diketahui, maka
pemasar dapat menempatkan iklannya pada media-media yang paling cocok.
4. Mengetahui gaya hidup konsumen,
berarti pemasar bisa mengembangkan produk sesuai dengan tuntutan gaya hidup
mereka.
BAB 8
Mempengaruhi sikap
dan perilaku
1. Dari bujukan hingga komunikasi
Konsumen adalah
kelompok individual (perorangan maupun rumah tangga) yang membeli dan
mengkonsumsi barang atau jasa untuk kepentingan pribadi maupun keluarganya atau
untuk maksud lain.Keputusan pembelian konsumen untuk membeli atau tidak membeli
merupakan respons perilaku atas stimulan yang diterima konsumen. Model yang
mendasarkan pada arus proses perilaku konsumen ini sering dikenal sebagai model
rangsangan-tanggapan (stimulus-respons model).
Stimulan yang
merupakan masukan proses perilaku dibedakan atas rangsangan pemasaran dari
pemasar dan rangsangan dari lingkungan konsumen itu sendiri. Sedangkan proses pengambilan
keputusan dipengaruhi oleh faktor personal maupun sosial konsumen. Respons
perilaku konsumen dapat dijadikan faktor yang dapat membentuk keputusan
pembelian (yaitu pembelian selanjutnya) atau tidak melakukan pembelian (menolak
produk yang ditawarkan).
Rangsangan
pemasaran dari pemasar yang dapat mempengaruhi sikap dan perilaku konsumen
yaitu seluruh kegiatan pemasaran yang meliputi bujukan hingga komunikasi
mengenai produk tertentu yang ditawarkan. Para pemasar dapat melakukan kegiatan
yang dapat dijadikan teknik modifikasi perilaku konsumen. Berbagai teknik
modifikasi yang dapat mempengaruhi sikap dan perilaku konsumen adalah melalui
beberapa aspek pemasaran yang meliputi aspek produk, aspek harga, dan aspek
promosi.
2.
Teknik
modifikasi perilaku
Faktor-faktor
stimulan aspek pemasaran meliputi perbaikan akan kualitas produk, modifikasi
model produk yang baru, tampilan produk yang lebih menarik yang merupakan
contoh dari aspek produk. Faktor-faktor stimulan aspek harga meliputi pemberian
harga murah, pemberian diskon, pemberian kredit. Faktor-faktor stimulan aspek
promosi meliputi iklan yang semenarik mungkin, promosi melalui publisitas di
berbagai media, pengadaan sales promotion girl.
Setelah membahas
faktor-faktor yang mempengaruhi sikap dan perilaku konsumen dari para pemasar,
ada pula faktor-faktor yang berasal dari lingkungan. Para konsumen dapat dengan
mudah terpengaruh oleh lingkungan eksternal mereka. Keadaan-keadaan yang dapat
mempengaruhi mereka yaitu meliputi kondisi ekonomi mereka, perkembangan
teknologi saat ini dan kondisi budaya seseorang dalam lingkungannya. Beberapa
contohnya adalah tingkat pendapatan seseorang, tingkat konsumsi seseorang,
adanya inovasi produk baru, adanya tradisi seseorang dari turun temurun, kelas
sosial seseorang serta kebutuhan sosial mereka.
Namun, proses
pengambilan keputusan untuk mengkonsumsi suatu barang ada pada diri seorang
konsumen itu sendiri. Hal-hal ini dapat berupa motivasi seseorang, persepsi
seseorang, pemahaman seorang konsumen akan produk yang dipilihnya, tingkat
kepercayaan dan loyalitas konsumen akan suatu produk serta kepribadian seorang
konsumen itu sendiri dalam memilih suatu produk.
BAB 9
Pengaruh kebudayaan terhadap pembelian
dan konsumesi
1. Pengertian Kebudayaan
Kebudayaan dalam bahasa Inggris disebut culture. Kata
tersebut sebenarnya berasal dari bahasa Latin = colere yang berarti
pemeliharaan, pengolahan tanah menjadi tanah pertanian. Sedangkan kata budaya
berasal dari bahasa Sansekerta yaitu kata buddayah. Kata buddayah berasal dari
kata budhi atau akal. Manusia memiliki unsur-unsur potensi budaya yaitu pikiran
(cipta), rasa dan kehendak (karsa). Hasil ketiga potensi budaya itulah yang
disebut kebudayaan. Dengan kata lain kebudayaan adalah hasil cipta, rasa dan
karsa manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Dengan
cipta manusia mengembangkan kemampuan alam pikir yang menimbulkan ilmu
pengetahuan. Dengan rasa manusia menggunakan panca inderanya yang menimbulkan
karya-karya seni atau kesenian. Dengan karsa manusia menghendaki kesempurnaan
hidup, kemuliaan dan kebahagiaan sehingga berkembanglah kehidupan beragama dan
kesusilaan.
Dari uraian di atas dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
Dari uraian di atas dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. kebudayaan itu hanya dimiliki oleh masyarakat manusia;
2. kebudayaan itu tidak diturunkan secara biologis melainkan diperoleh melalui
proses belajar; dan
3. kebudayaan itu didapat, didukung dan diteruskan oleh manusia sebagai anggota
masyarakat.
Kebudayaan
sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw
Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat
ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah
untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism.
Menurut Edward Burnett Tylor,
kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung
pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan
kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.
Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman
Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.
Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan
adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem
ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan
sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan
adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya,
berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola
perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan
lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan
kehidupan bermasyarakat.
2. Dimanakah seseorang
menemukan nilai-nilai yang dianutnya
Individu tidak lahir dengan membawa nilai-nilai (values).
Nilai-nilai ini diperoleh dan berkembang melalui informasi, lingkungan
keluarga, serta budaya sepanjang perjalanan hidupnya. Mereka belajar dari
keseharian dan menentukan tentang nilai-nilai mana yang benar dan mana yang
salah. Untuk memahami perbedaan nilai-nilai kehidupan ini sangat tergantung
pada situasi dan kondisi dimana mereka tumbuh dan berkembang. Nilai-nilai
tersebut diambil dengan berbagai cara antara lain:
(1) Model atau contoh, dimana individu belajar tentang nilai-nilai yang baik atau buruk melalui observasi perilaku keluarga, sahabat, teman sejawat dan masyarakat lingkungannya dimana dia bergaul;
(2) Moralitas, diperoleh dari keluarga, ajaran agama, sekolah, dan institusi tempatnya bekerja dan memberikan ruang dan waktu atau kesempatan kepada individu untuk mempertimbangkan nilai-nilai yang berbeda.
(3) Sesuka hati adalah proses dimana adaptasi nilai-nilai ini kurang terarah dan sangat tergantung kepada nilai-nilai yang ada di dalam diri seseorang dan memilih serta mengembangkan sistem nilai-nilai tersebut menurut kemauan mereka sendiri. Hal ini lebih sering disebabkan karena kurangnya pendekatan, atau tidak adanya bimbingan atau pembinaan sehingga dapat menimbulkan kebingungan, dan konflik internal bagi individu tersebut.
(4) Penghargaan dan Sanksi : Perlakuan yang biasa diterima seperti: mendapatkan penghargaan bila menunjukkan perilaku yang baik, dan sebaliknya akan mendapat sanksi atau hukuman bila menunjukkan perilaku yang tidak baik.
(5) Tanggung jawab untuk memilih : adanya dorongan internal untuk menggali nilai-nilai tertentu dan mempertimbangkan konsekuensinya untuk diadaptasi. Disamping itu, adanya dukungan dan bimbingan dari seseorang yang akan menyempurnakan perkembangan sistem nilai dirinya sendiri.
3. Pengaruh keudayaan
terhadap perilaku konsumen
Pengertian
perilaku konsumen menurut Shiffman dan Kanuk (2000) adalah perilaku yang
diperhatikan konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi dan
mengabaikan produk, jasa, atau ide yang diharapkan dapat memuaskan konsumen
untuk dapat memuaskan kebutuhannya dengan mengkonsumsi produk atau jasa yang
ditawarkan. Selain itu perilaku konsumen menurut Loudon dan Della Bitta (1993)
adalah proses pengambilan keputusan dan kegiatan fisik individu-individu yang
semuanya ini melibatkan individu dalam menilai, mendapatkan, menggunakan, atau
mengabaikan barang-barang dan jasa-jasa. Menurut Ebert dan Griffin (1995)
consumer behavior dijelaskan sebagai upaya konsumen untuk membuat keputusan
tentang suatu produk yang dibeli dan dikonsumsi.
a.
Model perilaku consume
Konsumen mengambil
banyak macam keputusan membeli setiap hari. Kebanyakan perusahaan besar
meneliti keputusan membeli konsumen secara amat rinci untuk menjawab pertanyaan
mengenai apa yang dibeli konsumen, dimana mereka membeli, bagaimana dan berapa
banyak mereka membeli, serta mengapa mereka membeli.
b. Faktor
Budaya
Faktor budaya memberikan pengaruh paling luas dan dalam
pada perilaku konsumen. Pengiklan harus mengetahui peranan yang dimainkan oleh
budaya, subbudaya dan kelas social pembeli. Budaya adalah penyebab paling
mendasar dari keinginan dan perilaku seseorang. Budaya merupakan kumpulan
nilai-nilai dasar, persepsi, keinginan dan perilaku yang dipelajari oleh
seorang anggota masyarakat dari keluarga dan lembaga penting lainnya. Setiap
kebudayaan terdiri dari sub-budaya – sub-budaya yang lebih kecil yang
memberikan identifikasi dan sosialisasi yang lebih spesifik untuk para
anggotanya.
Sub-budaya dapat dibedakan menjadi empat jenis: kelompok
nasionalisme, kelompok keagamaan, kelompok ras, area geografis. Banyak
subbudaya membentuk segmen pasar penting dan pemasar seringkali merancang
produk dan program pemasaran yang disesuaikan dengan kebutuhan konsumen.
Kelas-kelas sosial adalah masyarakat yang relatif permanen dan bertahan lama dalam suatu masyarakat, yang tersusun secara hierarki dan keanggotaannya mempunyai nilai, minat dan perilaku yang serupa. Kelas sosial bukan ditentukan oleh satu faktor tunggal, seperti pendapatan, tetapi diukur dari kombinasi pendapatan, pekerjaan, pendidikan, kekayaan dan variable lain.
c.
Pengaruh Budaya Yang Tidak Disadari
Dengan adanya kebudayaan, perilaku konsumen mengalami
perubahan . Dengan memahami beberapa bentuk budaya dari masyarakat, dapat
membantu pemasar dalam memprediksi penerimaan konsumen terhadap suatu produk. Pengaruh
budaya dapat mempengaruhi masyarakat secara tidak sadar. Pengaruh budaya sangat
alami dan otomatis sehingga pengaruhnya terhadap perilaku sering diterima
begitu saja.
d. Pengaruh
Budaya dapat Memuaskan Kebutuhan
Budaya yang ada di masyarakat dapat memuaskan kebutuhan masyarakat. Budaya dalam suatu produk yang memberikan petunjuk, dan pedoman dalam menyelesaikan masalah dengan menyediakan metode “Coba dan buktikan” dalam memuaskan kebutuhan fisiologis, personal dan sosial. Misalnya dengan adanya budaya yang memberikan peraturan dan standar mengenai kapan waktu kita makan, dan apa yang harus dimakan tiap waktu seseorang pada waktu makan. Begitu juga hal yang sama yang akan dilakukan konsumen misalnya sewaktu mengkonsumsi makanan olahan dan suatu obat.
Budaya yang ada di masyarakat dapat memuaskan kebutuhan masyarakat. Budaya dalam suatu produk yang memberikan petunjuk, dan pedoman dalam menyelesaikan masalah dengan menyediakan metode “Coba dan buktikan” dalam memuaskan kebutuhan fisiologis, personal dan sosial. Misalnya dengan adanya budaya yang memberikan peraturan dan standar mengenai kapan waktu kita makan, dan apa yang harus dimakan tiap waktu seseorang pada waktu makan. Begitu juga hal yang sama yang akan dilakukan konsumen misalnya sewaktu mengkonsumsi makanan olahan dan suatu obat.
e. Pengaruh Budaya dapat Dipelajari
Budaya dapat dipelajari sejak seseorang sewaktu masih kecil, yang memungkinkan seseorang mulai mendapat nilai-nilai kepercayaan dan kebiasaan dari lingkungan yang kemudian membentuk budaya seseorang. Berbagai macam cara budaya dapat dipelajari. Seperti yang diketahui secara umum yaitu misalnya ketika orang dewasa dan rekannya yang lebih tua mengajari anggota keluarganya yang lebih muda mengenai cara berperilaku. Ada juga misalnya seorang anak belajar dengan meniru perilaku keluarganya, teman atau pahlawan di televisi.
Begitu juga dalam dunia industri,
perusahaan periklanan cenderung memilih cara pembelajaran secara informal
dengan memberikan model untuk ditiru
masyarakat.Misalnya dengan adanya pengulangan iklan akan dapat membuat nilai suatu produk dan pembentukan kepercayaan dalam diri masyarakat.
masyarakat.Misalnya dengan adanya pengulangan iklan akan dapat membuat nilai suatu produk dan pembentukan kepercayaan dalam diri masyarakat.
Seperti
biasanya iklan sebuah produk akan berupaya mengulang kembali akan iklan suatu
produk yang dapat menjadi keuntungan dan kelebihan dari produk itu sendiri.
Iklan itu tidak hanya mampu mempengaruhi persepsi sesaat konsumen mengenai
keuntungan dari suatu produk, namun dapat juga memepengaruhi persepsi generasi
mendatang mengenai keuntungan yang akan didapat dari suatu kategori produk
tertentu.
f. Pengaruh Budaya yang Berupa Tradisi
Tradisi adalah aktivitas yang bersifat simbolis yang merupakan serangkaian langkah-langkah (berbagai perilaku) yang muncul dalam rangkaian yang pasti dan terjadi berulang-ulang. Tradisi yang disampaikan selama kehidupan manusia, dari lahir hingga mati. Hal ini bisa jadi sangat bersifat umum. Hal yang penting dari tradisi ini untuk para pemasar adalah fakta bahwa tradisi cenderung masih berpengaruh terhadap masyarakat yang menganutnya. Misalnya yaitu natal, yang selalu berhubungan dengan pohon cemara. Dan untuk tradisi-tradisi misalnya pernikahan, akan membutuhkan perhiasan-perhiasan sebagai perlengkapan acara tersebut.
4. Dampak nilai-nilai
inti terhadap pemasar
Kebutuhan
Konsep dasar yang melandasi pemasaran adalah kebutuhan manusia. Kebutuhan manusia adalah pernyataan dari rasa kahilangan, dan manusia mempunyai banyak kebutuhan yang kompleks. Kebutuhan manusia yang kompleks tersebut karena ukan hanya fisik (makanan, pakaian, perumahan dll), tetapi juga rasa aman, aktualisasi diri, sosialisasi, penghargaan, kepemilikan. Semua kebutuhan berasal dari masyarakat konsumen, bila tidak puas consumen akan mencari produk atau jasa yang dapat memuaskan kebutuhan tersebut.
Keinginan
Bentuk kebutuhan manusia yang dihasilkan oleh budaza dan kepribadian individual dinamakan keinginan. Keinginan digambarkan dalam bentuk obyek yang akan memuaskan kebutuhan mereka atau keinginan adalah hasrat akan penawar kebutuhan yang spesifik. Masyarakat yang semakin berkembang, keinginannya juga semakin luas, tetapi ada keterbatasan dana, waktu, tenaga dan ruang, sehingga dibutuhkan perusahaan yang bisa memuaskan keinginan sekaligus memenuhi kebutuhan manusia dengan menenbus keterbatasan tersebut, paling tidak meminimalisasi keterbatasan sumber daya. Contoh : manusia butuh makan, tetapi keinginan untuk memuaskan lapar tersebut terhgantung dari budayanya dan lingkungan tumbuhnya.
Permintaan
Dengan keinginan dan kebutuhan serta keterbatasan sumber daya tersebut, akhirnya manusia menciptakan permintaan akan produk atau jasa dengan manfaat yang paling memuaskan. Sehingga muncullah istilah permintaan, yaitu keinginan menusia akan produk spesifik yang didukung oleh kemampuan dan ketersediaan untuk membelinya.
5. Perubahan Nilai
Budaya juga perlu
mengalami perubahan nilai. Ada beberapa aspek dari perlunya perluasan perubahan
budaya yaitu :
1. Budaya merupakan konsep yang meliputi banyak hal atau luas. Hal tersebut termasuk segala sesuatu dari pengaruh proses pemikiran individu dan perilakunya. Ketika budaya tidak menentukan sifat dasar dari frekuensi pada dorongan biologis seperti lapar, hal tersebut berpengaruh jika waktu dan cara dari dorongan ini akan memberi kepuasan.
2. Budaya adalah hal yang diperoleh. Namun tidak memaksudkan mewarisi respon dan kecenderungan. Bagaimanapun juga, bermula dari perilaku manusia tersebut.
3. Kerumitan dari masyarakat modern yang merupakan kebenaran budaya yang jarang memberikan ketentuan yang terperinci atas perilaku yang tepat.Variasi nilai perubahan dalam nilai budaya terhadap pembelian dan konsumsi
Nilai budaya memberikan dampak yang lebih pada perilaku konsumen dimana dalam hal ini dimasukkan kedalam kategori-kategori umum yaitu berupa orientasi nilai-nilai lainnya yaitu merefleksi gambaran masyarakat dari hubungan yang tepat antara individu dan kelompok dalam masyarakat. Hubungan ini mempunyai pengaruh yang utama dalam praktek pemasaran. Sebagai contoh, jika masyarakat menilai aktifitas kolektif, konsumen akan melihat kearah lain pada pedoman dalam keputusan pembelanjaan dan tidak akan merespon keuntungan pada seruan promosi untuk “menjadi seorang individual”. Dan begitu juga pada budaya yang individualistik. Sifat dasar dari nilai yang terkait ini termasuk individual/kolektif, kaum muda/tua, meluas/batas keluarga, maskulin/feminim, persaingan/kerjasama, dan perbedaan/keseragaman.
·
Individual/kolektif
Budaya individualis terdapat pada budaya Amerika, Australia, Inggris, Kanada, New Zealand, dan Swedia. Sedangkan Taiwan, Korea, Hongkong, Meksiko, Jepang, India, dan Rusia lebih kolektifis dalam orientasi mereka. Nilai ini adalah faktor kunci yang membedakan budaya, dan konsep diri yang berpengaruh besar pada individu. Tidak mengherankan, konsumen dari budaya yang memiliki perbedaan nilai, berbeda pula reaksi mereka pada produk asing, iklan, dan sumber yang lebih disukai dari suatu informasi. Seperti contoh, konsumen dari Negara yang lebih kolektifis cenderung untuk menjadi lebih suka meniru dan kurang inovatif dalam pembelian mereka dibandingkan dengan budaya individualistik. Dalam tema yang diangkat seperti ” be your self” dan “stand out”, mungkin lebih efektif dinegara amerika tapi secara umum tidak di negara Jepang, Korea, atau Cina.
·
Usia muda/tua
Dalam hal ini apakah dalam budaya pada suatu keluarga, anak-anak sebagai kaum muda lebih berperan dibandingkan dengan orang dewasa dalam pembelian. Dengan kata lain adalah melihat faktor budaya yang lebih bijaksana dalam melihat sisi dari peran usia. Seperti contoh di Negara kepulauan Fiji, para orang tua memilih untuk menyenangkan anak mereka dengan membeli suatu barang. Hal ini berbeda dengan para orang tua di Amerika yang memberikan tuntutan yang positif bagi anak mereka. Disamping itu, walaupun Cina memiliki kebijakan yang mengharuskan untuk membatasi keluarga memiliki lebih dari satu anak, tetapi bagi budaya mereka anak merupakan “kaisar kecil” bagi mereka. Jadi, apapun yang mereka inginkan akan segera dipenuhi. Dengan kata lain, penting untuk diingat bahwa segmen tradisional dan nilai masih berpengaruh dan pera pemasar harus menyesuaikan bukan hanya pada lintas budaya melainkan juga pada budaya didalamnya.
·
Luas/batasan keluarga
Yang dimaksud disini adalah bagaimana keluarga dalam suatu budaya membuat suatu keputusan penting bagi anggota keluarganya. Dengan kata lain apakah peran orang dewasa (orang tua) memiliki kebijakan yang lebih dalam memutuskan apa yang terbaik bagi anaknya. Atau malah sebaliknya anak-anak memberi keputusan sendiri apa yang terbaik bagi diri mereka sendiri. Dan bisa dikatakan juga bahwa pengaruh pembelian oleh orang tua akan berpengaruh untuk seterusnya pada anak. Seperti contoh pada beberapa budaya yaitu seperti di Meksiko, sama halnya dengan Amerika, peran orang dewasa sangat berpengaruh.
Yang dimaksud disini adalah bagaimana keluarga dalam suatu budaya membuat suatu keputusan penting bagi anggota keluarganya. Dengan kata lain apakah peran orang dewasa (orang tua) memiliki kebijakan yang lebih dalam memutuskan apa yang terbaik bagi anaknya. Atau malah sebaliknya anak-anak memberi keputusan sendiri apa yang terbaik bagi diri mereka sendiri. Dan bisa dikatakan juga bahwa pengaruh pembelian oleh orang tua akan berpengaruh untuk seterusnya pada anak. Seperti contoh pada beberapa budaya yaitu seperti di Meksiko, sama halnya dengan Amerika, peran orang dewasa sangat berpengaruh.
Para orang tua lebih memiliki kecenderungan
dalam mengambil keputusan dalam membeli. Begitu juga para orang dewasa muda di
Thailand yang hidup sendiri diluar dari orang tua atau keluarga mereka. Tetapi
ketergantungan dalam membeli masih dipengaruhi oleh orang tua maupun keluarga
mereka. Yang lain halnya di India, sesuatu hal yang akan dibeli diputuskan
bersama-sama dalam satu keluarga yaitu seperti diskusi keluarga diantara
mereka.
Kebudayaan yang
semakin berkembang mengakibatkan pembelian dan konsumsi yang berubah pula.
Kebudayaan secara tidak langsung telah mempengaruhi dalam segala aspek
kehidupan manusia. Para pemasar dapat melihat perkembangan kebudayaan dengan
cara melalui penjualan produk yang dijual pada konsumen serta pengaruhnya
terhadap pembelian dan konsumsi mereka. Seraya melihat perubahan-perubahan
nilai kebudayaan yang terjadi pada masyarakat.
BAB 10
Pengaruh Kelas Sosial dan Status
1.
Jenjang Sosial
Jenjang sosial selalu menjadi masalah
sebuah negara, baik negara maju maupun bagi negara yang sedang berkembang.
Masalah jenjang sosial sampai saat ini belum mendapatkan jalan keluar,
mengingat masih banyak pengangguran dan juga penghasilan masyarakat yang belum
mampu menutupi kebutuhannya sehari-hari. Karena itu, pemerintah mengharapkan
adanya kerjasama dengan berbagai kegiatan sosial, agar jenjang sosial ini dapat
diminimalisir
2.
Pengertian
Jenjang Sosial
Jenjang social adalah kondisi dimana
seseorang berada pada posisi yang mencerminkan status social di masyarakat yang
memiliki tingkatan-tingkatan berdasarkan kelas social di masyarakat yang sedang
diraihnya,sehingga jenjang social akan senantiasa berubah seiring dengan
pencapaian dan keberhasilan seseorang dalam merubah kelas socialnya.
3.
Faktor Penentu Kelas Sosial
Kelas social merujuk kepada perbedaan
hierarkis atau stratifikasi anatara insane atau kelompok manusia dalam
masyarakat atau budaya. Biasanya kebanyakan masyarakat memiliki golongan
social,namun tidak semua masyarakat memiliki jenis-jenis kategori kedalam
golongan social yang sama.
Beberapa
indikator lain yang berpengaruh terhadap pembentukan kelas sosial, yaitu:
a.
Kekayaan
Untuk memahami peran uang dalam
menentukan strata sosial/kelas sosial, kita harus menyadari bahwa pada dasamya
kelas sosial merupakan suatu cara hidup. Artinya bahwa pada kelas-kelas sosial
tertentu, memiliki cara hidup atau pola hidup tertentu pula, dan untuk menopang
cara hidup tersebut diperlukan biaya dalam hal ini uang memiliki peran untuk
menopang cara hidup kelas sosial tertentu.
Sebagai
contoh: dalam kelas sosial atas tentunya diperlukan banyak sekali uang untuk
dapat hidup menurut tata cara kelas sosial tersebut. Namun demikian, jumlah
uang sebanyak apa pun tidak menjamin segera mendapatkan status kelas sosial
atas. "Orang Kaya Baru" (OKB) mungkin mempunyai banyak uang, tetapi
mereka tidak otomatis memiliki atau mencerminkan cara hidup orang kelas sosial
atas.
OKB yang tidak dilahirkan dan
disosiaiisasikan dalam sub-kultur kelas sosial atas, maka dapat dipastikan
bahwa sekali-sekali ia akan melakukan kekeliruan, dan kekeliruan itu akan
menyingkap sikap kemampuannya yang asli. Untuk memasuki suatu status baru, maka
dituntut untuk memiliki sikap, perasaan, dan reaksi yang merupakan kebiasaan
orang status yang akan dituju, dan hal ini diperlukan waktu yang tidak singkat.
b.
Pekerjaan
Dengan semakin beragamnya pekerjaan
yang terspesialisasi kedalam jenis-jenis pekerjaan tertentu, kita secara sadar
atau tidak bahwa beberapa jenis pekerjaan tertentu lebih terhormat daripada
jenis pekerjaan lainnya. Hal ini dapat kita lihat pada masyarakat Cina klasik,
dimana mereka lebih menghormati ilmuwan dan memandang rendah serdadu; Sedangkan
orang-orang Nazi Jerman bersikap sebaliknya.
Mengapa
suatu jenis pekerjaan harus memiliki prestise yang lebih tinggi daripada jenis
pekerjaan lainnya. Hal ini merupakan masalah yang sudah lama menarik perhatian
para ahli ilmu sosial. Jenis-jenis pekerjaan yang berprestise tinggi pada
umumnya memberi penghasilan yang lebih tinggi; meskipun demikian terdapat
banyak pengecualian (?). Jenis-jenis pekerjaan yang berprestise tinggi pada umumnya
memerlukan pendidikan tinggi, meskipun korelasinya masih jauh dari sempuma.
Demikian halnya pentingnya peran suatu
jenis pekerjaan bukanlah kriteria yang memuaskan sebagai faktor determinan
strata sosial, Karena bagaimana mungkin kita bisa mengatakan bahwa pekerjaan
seorang petani atau polisi kurang berharga bagi masyarakat daripada pekerjaan
seorang penasihat hukum atau ahli ekonomi ? Sebenarnya, pemungut sampah yang
jenjang prestisenya rendah itulah yang mungkin merupakan pekerja yang memiliki peran
penting dari semua pekerja dalam peradaban kota! Pekerjaan merupakan aspek
strata sosial yang penting, karena begitu banyak segi kehidupan lainnya yang
berkaitan dengan pekerjaan. Apabila kita mengetahui jenis pekerjaan seseorang,
maka kita bisa menduga tinggi rendahnya pendidikan, standar hidup,
pertemanannya, jam kerja, dan kebiasaan sehari-hari keluarga orang tersebut.
Kita bahkan bisa menduga selera bacaan, selera rekreasi, standar moral, dan
bahkan orientasi keagamaannya. Dengan kata lain, setiap jenis pekerjaan
merupakan bagian dari cara hidup yang sangat berbeda dengan jenis pekerjaan
lainnya.
4.
Pengukuran Kelas
Sosial
Kelas sosial seseorang terukur dari
bagaimana orang lain menilai dan menghormati kelas sosial yang dimilikinya.
Pengukuran kelas sosial juga dapat dilakukan melalui beberapa kriteria ukuran
sebagai berikut.:
1. Ukuran subjektif
Dimana sseeorang diminta untuk menentukan sendiri posisi kelas sosialnya.
2. Ukuran reputasi
Kelas sosial ditentukan oleh orang lain yang dari luar lingkungannya, biasanya dinilai dari seberaa besar orang lain mengenal namanya.
3. Ukuran objektif
Kelas sosial di tentukan berdasarkan atas variable sosioekonomi seperti pekerjaan, besarnya pendapatan, dan pendidikan.
1. Ukuran subjektif
Dimana sseeorang diminta untuk menentukan sendiri posisi kelas sosialnya.
2. Ukuran reputasi
Kelas sosial ditentukan oleh orang lain yang dari luar lingkungannya, biasanya dinilai dari seberaa besar orang lain mengenal namanya.
3. Ukuran objektif
Kelas sosial di tentukan berdasarkan atas variable sosioekonomi seperti pekerjaan, besarnya pendapatan, dan pendidikan.
5.
Apakah Kelas social
berubah?
Kelas sosial yang dimiliki oleh
seseorang merupakan hasil kerja keras, dengan kerja keras tentu kelas sosial
akan meningat, namun untuk mempertahankannya pun butuh perjuangan, bil tidak,
maka kelas sosial yang sebelumnya dimiliki, akan mengalami penurunan.
Kelas sosial senantiasa akan berubah seiring dengan prestasi seseorang dimasyarakat, untuk itu agar kelas sosial seseorang selalu terjaga, maka ia perlu menjaganya dengan usaha yang keras.
Kelas sosial senantiasa akan berubah seiring dengan prestasi seseorang dimasyarakat, untuk itu agar kelas sosial seseorang selalu terjaga, maka ia perlu menjaganya dengan usaha yang keras.
6.
Pemasaran pada
Segmen Pasar berdasar Kelas Sosial
Untuk mencapai hasil pemasaran yang
optimal, kita pertama kali harus terlebih dahulu melakukan segmentasi pasar
atas produk yang akan kita jual. Segmentasi pasar pada intinya membagi potensi
pasar menjadi bagian-bagian tertentu; bisa berdasar pembagian demografis;
berdasar kelas ekonomi dan pendidikan ataupun juga berdasar gaya hidup
(psikografis).
Pembagian segmen yang paling lazim dilakukan adalah berdasar kelas sosial ekonomi. Sebagai misal, pembagain yang sering dilakukan adalah membagi lapisan pasar menjadi empat kelas : misal kelas C (kelas ekonomi rendah), kelas B (menengah), dan kelas AB (menengah atas) dan kelas A (golongan atas).
Pembagian segmen yang paling lazim dilakukan adalah berdasar kelas sosial ekonomi. Sebagai misal, pembagain yang sering dilakukan adalah membagi lapisan pasar menjadi empat kelas : misal kelas C (kelas ekonomi rendah), kelas B (menengah), dan kelas AB (menengah atas) dan kelas A (golongan atas).
Sumber
:
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2011/01/pengaruh-kebudayaan-terhadap-pembelian-dan-konsumsi/